Sunday, July 31, 2011

Pengepakan Produk Olahan

Oleh: Suharyanto

1. Pengertian dan Fungsi
Salah satu hal penting setelah produk olahan dibuat adalah memasarkannya. Untuk memudahkan pemasaran maka diperlukan penataan produk sedemikian rupa sehingga mudah didistribusikan. Penataan produk ini salah satunya yang paling penting adalah pengepakan/pengemasan menurut ukuran dan bentuk-bentuk tertentu sehingga memudahkan penyusunan dan pengangkutan produk.

Pada proses pemasaran ataupun distribusi produk ini maka pengepakan menjadi alat utama bagi produk olahan yang dimaksud. Pengepakan itu sendiri merupakan upaya menata dan menakar produk dalam suatu kemasan tertentu menurut ukuran dan bentuk teretentu. Oleh karena itu pengepakan memiliki bermacam-macam bentuk dan jenis sesuai dengan jenis produk, ukuran, bentuknya, ekonomis dan selera konsumen itu sendiri.

Pada masyarakat zaman dahulu, pengepakan memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan makanan dan melindunginya dari kerusakan. Namun untuk masa sekarang, pengepakan memiliki fungsi selain sebagai tempat dan untuk melindungi produk dari kerusakan, juga sebagai memberi informasi tentang produk itu sendiri misalnya kandungan zat gizi, bahan yang digunakan dan masa kadaluarsa serta memiliki fungsi estetika (seni dan keindahan).



2. Bahan Pengepak dan Penyegelan
Bahan pengepak yang digunakan adalah berbeda-beda tergantung dari jenis dan bentuk produknya serta tujuan atau sasaran distribusi produk. Pada umumnya bahan yang digunakan adalah berupa bahan yang terbuat dari plastik, karet, kaca, kaleng, alumunium dan kertas serta bahan alami misalnya daun atau bahkan kombinasi dari semua/beberapa bahan-bahan tersebut. Dalam melakukan pengepakan harus disesuaikan dengan jenis produk, kemudahan, dan ketahanan bahan untuk ukuran produk tersebut serta memiliki nilai keindahan sehingga menarik konsumen. Cara yang paling sederhana adalah misalnya dengan membungkus dengan daun, kertas atau plastik. Contohnya adalah lemper, kue, snack dan lain-lain.

Langkah penting dalam melakukan pengepakan adalah penyegelan. Penyegelan adalah upaya mengunci produk dalam pengepakan (kemasan) untuk masa berlaku tertentu. Bila segel rusak berarti produk di dalamnya telah dianggap rusak meskipun sebenarnya belum rusak dan konsumen tidak akan membelinya. Penyegelan ini merupakan bukti bahwa produk di dalam kemasan masih terganggu oleh pihak lain baik sengaja maupun tidak.

Cara penyegelan bervariasi dari yang paling sederhana hingga yang moderen. Cara yang paling mudah dan sederhana adalah misalnya dengan membungkus dengan daun lalu di staples atau dengan menggunakan lidi (contoh: lemper), membungkus dengan kertas atau plastik kemudian distaples dan lain sebagainya. Untuk produk yang diharapkan akan lebih tahan lama biasanya dengan bahan plastik dengan cara disegel baik dengan api ataupun dengan alat elektrik (plastic sealing). Produk berupa minuman bisa menggunakan cup plastic ataupun botol kaca atau botol plastik yang penyegelannya dengan menggunakan cup sealing plastik atau cup press.

Selain cara penyegelan seperti di atas (dengan api, elektrik, pres), penyegelan bisa dilakukan dengan cara menjahit. Misalnya untuk produk yang dikemas dalam karung (gula, beras, tepung, dan lain-lain). Makanan ringan dan cepat saji bisa dengan plastik yang disegel dengan menggunakan staples atau isolatif.

Dari uraian di atas, bahan pengepak dan cara penyegelan harus memenuhi syarat kebersihan dan higienis sehingga tidak mencemari produk di dalamnya.


3. Labeling
Langkah selanjutnya dari proses pengepakan produk adalah melakukan labeling. Labeling adalah upaya memberi label berupa informasi singkat mengenai produk tersebut. Informasi yang biasanya ada dalam suatu label adalah a) nama produk, b) pembuat produk, c) alamat pembuat produk, d) bahan yang digunakan untuk membuat produk, e) komposisi zat gizi produk, f) masa kadaluarsa, g) izin depkes atau instansi terkait, dan lain-lain yang dianggap perlu, misalnya informasi “halal”.

Pelabelan ini bisa dilakukan langsung pada pengepak/kemasan dan bisa juga secara terpisah yang kemudian diletakkan di dalam kemasan. Pelabelan yang langsung pada kemasan biasanya dibuat dengan cara menyablon label pada bahan kemasan. Sedangkan label yang terpisah adalah dengan cara membuat pada bahan lain, misalnya kertas, lalu dilekatkan pada kemasan.

Syarat label yang digunakan hendaknya bersifat informatif, menarik, dan mengandung nilai estetika. Hal ini penting untuk mempengaruhi selera konsumen sehingga berminat untuk membeli produk.

Beternak Ayam Kampung petelur

Oleh
Suharyanto

Pengantar
Ayam kampung boleh dikatakan sebagai ayam asli Indonesia yang sudah dipelihara sejak jaman dahulu. Ayam ini memiliki potensi yang sudah terbukti, mampu member kontribusi bagi pemenuhan kebutuhan keluarga, setidaknya sebagai penghasil daging dan telur. Kebanyakan ayam kampung bersifat dwifungsi, yaitu sebagai penghasil daging dan penghasil telur, dan biasanya tergantung bagaimana tujuan peternak memelihara ayam kampung.

Ayam kampung merupakan hasil domestikasi ayam hutan merah selama berabad-abad. Ayam kampung yang ada di Indonesia morfologinya (bentuk-bentuk fisik) sangat beragam, sulit sekali dibedakan dan dikelompokkan ke dalam klasifikasi tertentu. Karena tidak memiliki cirri yang khusus dan tidak adanya ketentuan tujuan dan arah usaha peternakannya, ayam kampung dinamakan juga sebagai ayam buras (bukan ras), untuk membedakan dengan ayam yang sudah jelas tujuan dan arah usahanya, misalnya khusus petelur atau pedaging) yang disebut dengan ayam ras.

Produktivitas ayam kampung yang dipelihara secara ala kadarnya memang masih rendah. Produksi telur per tahunnya sekitar 60 butir dan berat badan ayam jantan dewasa tidak melebihi dari 2 kg. Apa lagi ayam betina dan ayam-ayam yang sudah tua maka berat badannya jauh lebih rendah lagi. Namun demikian, bila ayam kampung dipelihara secara benar, tepat dan intensif maka produktivitasnya dapat ditingkatkan, khususnya bila diarahkan untuk petelur.


Menentukan Tujuan
Beternak ayam kampung perlu dipersiapkan beberapa hal, diantaranya adalah penetapan tujuan beternak, apakah sebagai penghasil daging atau penghasil telur. Penentuan tujuan ini penting karena akan menentukan cara memelihara dan manajemennya, termasuk dalam pemilihan induk untuk bibitnya.

Selain menentukan tujuan komoditas yang akan diproduksi, penentuan maksud beternak juga penting. Setidaknya ada 3 maksud dan tujuan orang beternak ayam kampung, yaitu beternak hanya sekedar mengisi waktu luang dan beternak sebagai sumber penghasilahan keluarga. Bila beternak hanya untuk mengisi waktu luang, maka kepuasan yang dicapai adalah kepuasan mengisi waktu dengan kesibukan sehari-hari mengurus ternak. Kepuasan tersebut memberikan nilai tersendiri, terutama bagi yang sudah pension. Selain kepuasan tersebut, beternak juga menambah hasil berupa telur atau anak ayam atau daging walaupun ini bukanlah target utama dari beternak.
Maksud dan tujuan yang kedua adalah beternak sebagai usaha penghasil pendapatan. Bila tujuan ini sudah ditetapkan maka usaha peternakan ayam kampung yang dijalankan akan menerapkan kaidah-kaidah usaha. Keuntungan berupa ekonomi merupakan target utama yang harus dihasilkan. Kepuasan peternak akan ditentukan dengan seberapa banyak nilai ekonomi yang dihasilkan dari peternakan yang dijalankan.


Penentuan Lokasi
Beternak ayam kampung petelur juga harus memenuhi syarat teknis lokasi sebagaimana beternak ternak lainnya. Bila ternak dipelihara dalam jumlah yang besar maka akan dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Gangguan dapat berupa suara ayam, kotoran ayam, pakan dan lalulintas pengangkutan produksi dan sarana produksi. Selain itu, ternak yang dipelihara juga harus memenuhi criteria kenyamanan lingkungan sehingga tidak mudah mengalami stress, mudah terjangkit penyakit dan sebagainya.

Syarat-syarat lokasi yang dipillih dalam beternak ayam kampung petelur adalah:
1. Lokasi tidak jauh dari pemasaran hasil dan sumber-sumber factor produksi. Jika keduanya tidak bisa diperoleh secara bersamaan maka yang diutamakan adalah dekat dengan sumber factor produksi. Bila jauh dengan pemasaran, ada kemungkinan pembeli mengambil sendiri ke lokasi peternakan.
2. Lokasi harus jauh dari keramaian, tetapi ada jalur transportasi dan komunikasi. Keramaian akan mengganggu ternak dan sebaliknya. Sedangkan jalur transportasi adalah untuk memudahkan pemasaran hasil dan penyediaan factor produksi.
3. Lokasi seharusnya memenuhi aturan tataguna lahan dari pemerintah daerah setempat. Hal ini perlu karena kawasan akan terus berkembang sesuai dengan peruntukannya. Jangan sapai peternak memilih lokasi yang peruntukkannya ke depan sebagai pusat perkantoran atau pemukima.
4. Lokasi hendaknya mempunyai sumber-sumber air bersih yang cukup, tidak di bawah lembah atau di atas bukit.


Pemilihan Bibit
Sekalipun ayam kampung tidak memiliki ciri khas dalam hal bentuk badan dan warna bulunya, bila dipelihara secara teratur dan terarah, ayam kampung akan memberikan hasil yang cukup baik. Sebaiknya dalam beternak dan mengembangbiakkan ayam kampung petelur ini, terlebih dahulu dilakukan pemilihan/seleksi bibit/induk dengan seksama.
Pemilihan bibit dapat dilakukan dengan memilih calon indukan yang sejenis, yaitu bentuk badan seragam, besar kecilnya seukuran dan umurnya tidak terpaut jauh. Sebaiknya calon induk telah berumur paling tidak 7 bulan. Calon bibit tersebut sebaiknya secara turun temurun memiliki sifat-sifat pembawaan yang baik dan sehat, tidak terdapat bagian tubuh yang cacat, berasal dari kelompok atau kawanan ayam yang terpilih, pertumbuhan badannya baik dan hasil telurnya banyak.

Calon bibit yang baik memiliki beberapa sifat yang khas. Di antaranya adalah tingkah lakunya yang gembira, gerakannya kuat dan tangkas, tidak taku didekati orang, suaranya agak ramai apabila didekati dan diberi makan, nafsu makannya baik dan aktf mencari makan sepanjang hari, keluar kandang pagi-pagi dan baru masuk kandang setelah matahari terbenam. Ayam yang baik untuk bibit juga berbulu mengkilap dan cerah.

Ayam yang sehat dan normal dapat ditilik dengan melihat tanda-tanda fisiknya sebagai berikut:
1. Bagian tubuh. Bangun tubuhnya tidak ada kelainan, selaras dan sesuai dengan jenis ayamnya.
2. Pertulangan. Tulang harus kuat dan normal.
3. Perototan. Otot gempal, padat, berisi dan tidka berlemak. Ini dapat diperkirakan dengan meraba tulang dada dan paha. Cara ini juga dapat diginakan untuk menafsirkan keadaan umum tubuh, eksehatan dan gaya hidup ayam yang bersangkutan.
4. Kulit. Keadaan kulit bila diraba terasa lembut, agak basah, dan tidak ada bagian yang rusak atau cacat. Warnanya segar agak mengkilap.
5. Bulu. Bentuk bulu mencerminkan keadaan kulit, kesehatan dan gaya hidup ayam bersangkutan. Bulu ayam yang haslus letaknya teratur pada tubuh, menghimpit rapat seolah-olah tidak ada ruang kosong diantara bulu-bulu tersebut. Bentuk dan besar bulu harus sesuai dengan jenis puspa ragam dari jenis ayam bersangkutan. Semkain mengkilap maka semakin kuat dan sehat ayam bersangkutan.
6. Suhu badan. Suhu badan normal, sekitar 41-42 oC.
7. Berat badan. Berat badan harus sesuai dengan jenis ayam bersangkutan.
8. Kepala. Kepala berbentuk bulat panjang, tidak terlalu gepeng dan berbangun kasar. Jengger kokoh dan kuat, tidak tipis dan tidak terlalu besar. Warnanya merah menyala, agak mengkilap. Bila dipegang terasa hangat, lentur dan berjaringan halus. Gelang kuping dan daun telinga bentuknya bulat panjang atau jorong, warnanya tegas, tidak suram.
9. Mata. Mata bewrbentuk bulat, agak melotot sedikit, membuka luas kurang lebih di tengah pipi (samping kepala), bebas dari jarigan tubuh yang mengganggu penglihatan. Pemandangan cerah ceria, penuh perhatian, dan gemar melakukan sesuatu. Ghelang mata segar, berwarna kuning kemerah-merahan dan tidak lemah. Selaput lender mata jernih, mengkilap, dan selalu basah. Selaput bening mata jernih dan selalu basah.
10. Leher. Jangan terlalu panjang dan terlalu pendek, kecuali jenis tertentu seperti pelung.
11. Dada. Bentuk dada agak montok ke depan, lebar dan kuat. Leher dan dada harus merupakan satu kesatuan yang kokoh. Tembolok terisi penuh, regang, tapi tidak terlalu keras.
12. Badan dan tubuh bagian belakang. Badan agak panjang, lebar dan dalam. Hal ini menandakan bahwa alat-alat tubuhnya berada pada posisi yang tepat dan seharusnya. Tubuh bagian belakang harus penuh dan dalam. Tubuh belakang ayam yang terbesar terletak terletak di belakang garis melintang antara kedua kaki ayam. Punggung panjang, lebar, dan lurus. Punggung datar, tidak melengkung.
13. Perut penelur. Perut penelur terletak dia natara di belakang garis melintang antara kedua kaki, dengan jarak anatara kedua kaki cukup lebar. Jarak antara ujung utlang dada dan tulang kelangkang sekitar 3 – 4 jari orang dewasa. Perut penelur ini kalau diraba tarasa halus dan lunak seperti beludru, bentuknya bulat cembung.
14. Sayap. Sayap harus normal dan kuat. Tidak boleh tergantung atau terkulai lemah, harus menghimpit tepat pada badan.
15. Dubur. Dubur ayam yang sehat bentuknya lebar, bulat dan basah. Kulit di sekitar dubur tidak berkerut atau berwarna kuning tua, tetapi keputih-putihan dan tidak kotor oleh tahi ayam yang mongering. Bulu di sekitar dubur kering dan bersih.
16. Kaki. Kaki harus kuat dan kokoh. Tidak terlalu besar atau kecil. Jari-jarinya menghampar, dengan bentuk kuku tidak terlalu panjang atau bengkok. Taji tidak panjang tetapi kuat. Sisik kaki menghimpit rata, tersusun teratur, dan keadaannya licin mengkilap. Warna sesuai dengan jenis ayam bersangkutan.
17. Ekor. Ekor terbangun sesuai dengan jenis ayamnya. Bulu pangkal sampai ujungnya tidak cacat.


Perkandangan
Kandang ayam kampung petelur dibuat sesuai dengan kepadatan ayam yang diperlukan. Sehubungan dengan hal itu, beberapa batasan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk anak ayam dalam indukan setiap meter persegi cukup 30 ekor.
2. Untuk ayam remaja sebelum memasuki masa bertelur, per meter persegi cukup untuk 14 - 16 ekor, bisa dikurangi sesuai dengan peningkatan umur dan ukuran tubuh.
3. Untuk ayam yang siap dan telah memasuki masa bertelur adalah 6 ekor per meter persegi.

Berdasarkan sistem lanatainya, maka kandang ayam kampung dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kandang sistem lantai liter dan kandang dengan lantai cage. Kandang lantai liter adalah kadang yang lantainya dilapisi denga liter berupa serbuk gergaji atau sekam padi setebal sekitar 6 cm. Sistem ini sebenarnya cocok untuk ayam kampung bibit. Sedangkan sistem lantai cage adalah dengan adanya jarak antara tanah/lantai dengan dasar kandang. Model ini cocok untuk petelur. Pada sistem kedua ini, disebut juga dengan sistem batery, cage dibuat miring ke depan sehingga bila ayam bertelur maka telurnya segera menggelinding kea rah depat yang telah disiapkan tempat penampung telur sehingga petugas dapat dengan mudah mengumpulkan telurnya.


Pakan dan Nutrisi
Pemberian pakan merupakan bagian penting dalam usaha peternakan ayam kampung petelur. Pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan untuk produksi telur. Untuk itu secara nutrisi harus memenuhi semua yang dibutuhkan. Paling tidak ada 6 kelompok nutrisi yang harus terpenuhi di dalam pakan ayam.

Keenam kelompok nutrisi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Air. Biasanya ayam mengkonsumsi air sebanyak 2 – 2,5 gram air untuk setiap pakan yang dikonsumsi selama masa awal dan pertumbuhan. Pada masa bertelur (petelur), ayam meminum sebanyak 1,5 – 2 gram air untuk setiap gram pakan yang dikonsumsi. Karena rata-rata ransum ayam yang diberikan mengandung tidak lebih dari 10% air maka penyediaan air minum yang bersih mutlak diberikan secara ad libitum.
2. Protein. Protein merupakan nutrisi utama yang dibutuhkan bagi ayam kampung petelur. Rata-rata kebutuhan protein untuk petelur adalah berkisar antara 16 – 17%. Selain secara kuantitatif, protein pakan juga harus mengandung asam amino yang lengkap, terutama asam amino esensial, yaitu yang tidak dapat disintesis di dalam tubuh ayam.
3. Karbohidrat. Fungsi utama karbohidrat dalam pakan ayam adalah sebagai sumber energy. Biji-bijian sereal dan turunannya merupakan sumber karbohidrat yang baik.
4. Lemak. Ayam petelur memerlukan asam lemak esensial seperti asam linoleat. Selain itu lemak juga menyumbangkan energy bagi ternak. Pada umumya bahan pakan seperti dedak mengandung 2,5% lemak.
5. Mineral. Mineral penting bagi ayam petelur terutama adalah kalsium (Ca), Fosfor (P), Natrium (Na), Magnesium (Mg) dan lain-lain. Mineral-mineral tersebut penting karena terkait dengan pembentukan telur.
6. Vitamin. Vitamin pada umumnya berperan sebagai ko-enzim dan regulator metabolism. Pakan yang defisiensi vitamin akan menurunkan produktivitas telur.


Jenis pakan dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe berdasarkan periode umur ayam, yaitu:
1. Pakan starter, yaitu pakan yang diberikan untuk DOC hingga berumur 8 minggu dan dalam bentuk remahan (mash).
2. Pakan grower, yaitru diberikan kepada ayam berumur 8 – 20 minggu atau hingga mulai bertelur.
3. Pakan layer, yaitu diberikan untuk ayam periode bertelur.


Manajemen Pemeliharaan
Dalam usaha peternakan ayam kampong dengan tujuan untuk menghasilkan telur, yang penting diperhatikan adalah perihal manajemen. Manajemen ini meliputi pemberian pakan dan minum, kebersihan dan kesehatan kandang, pemanenan dan pemasaran.
Manajemen pakan dan minum harus memperhatikan pula kebutuhan nutrisi ayam petelur. Air dan pakan yang diberikan secara ad libitum agar terjamin kebutuhan nutrisinya. Kecukupan akan pakan menghidarkan ayam dari stress dan terjaganya produksi telurnya.

Kebersihan dan kesehatan kandang akan membawa ayam pada kondisi nyaman sehingga menhindari stress. Kandang dan lingkungannya yang bersih juga menghidari adanya kontaminasi mikroba, serangan hama dan penyakit ternak.

Pemanenan telur yang dihasilkan harus segera untuk menghindari telur kotor akibat tercampur feses atau sisa-sisa pakan pada kandang. Hal ini untuk menjamin mutu telur yang dihasilkan. Namun demikian, pemanenan tidak juga harus terlalu sering karena dapat menyebabkan ayam stress.


Pustaka
Banerjee, G.C. Poultry. Oxford & IBH Publishing Co., Calcutta-Bombay-New Dehli.
Rasyaf, M. 1995. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono, B. 1988. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya, Jakarta.